Kamis, 13 Maret 2008

Edisi 153 "Aturan yang Tak Berfungsi"

Di awal perkuliahan semester genap ini, beberapa mahasiswa mengeluh mengenai nilai ujian yang belum keluar padahal Ujian Akhir Semester (UAS) telah berlangsung satu bulan yang lalu. “Ujian sudah lama berlangsung, tapi sampai saat ini nilainya belum keluar semua,” kata Isma, salah satu Mahasiswa Jurusan HI ’05. “Nilai yang belum keluar sangat menghambat. Misal kita mau mengambil beasiswa, susah kan jika nilainya belum keluar. Katanya FISIP sekarang mau gimana gitu (Maju-Red) kedepannya, tapi kok dilihat dan diperhatikan dari dulu tetep aja ga’ ada rubahnya,” lanjutnya.

Bukan hanya Isma, Ajat pun mengeluh mengenai keterlambatan nilai, “ada tiga mata kuliah lagi yang belum keluar, Kearsipan, Prilaku Organisasi, dan Perbandingan Administrasi Negara. Kalo bisa dipercepat, karena kita pengen tau hasilnya.” Kata Mahasiswa Jurusan Administrasi Negara ini. Hal yang sama diungkapkan oleh Indri, Badan, dan Oze, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi ’07 ini mengatakan, “nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) dan pancasila belum keluar, kalo bisa dipercepat atau diperlancar prosesnya supaya kita ga’ penasaran,” ujar mereka.

Menanggapi permasalahan di atas, Iwan Gunawan, Ketua Jurusan HI angkat bicara. “Memang ada beberapa dosen kita yang demikian (telat mengeluarkan nilai-Red) tapi kita di sini tetep mem-push (mendorong-Red) selalu ke dosen-dosen, dan jika dalam waktu dua minggu nilai belum keluar Jurusan akan menindaklanjuti. Dan mengenai beasiswa, langsung saja datang ke Jurusan,” ujarnya. Masih menurut Iwan, kendala nilai yang belum keluar bukan hanya pada dosen tetapi pada sarana komputernya juga. “Selain dosen, komputer juga biasanya menjadi kendala. Ada nilai yang sudah di input ternyata di layar komputernya belum bisa kelihatan,” ujar dosen yang lebih akrab disapa Igun.

Demikian juga Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Rasman Sonjaya menjelaskan. “Normatifnya dosen itu harus sudah menyerahkan nilai UTS/ UAS kepada bagian nilai di Jurusan itu dua minggu,” ujarnya. Masih menurut Rasman, jika setelah satu bulan dosen belum juga memberikan nilai, maka pihak Jurusan akan memberikan himbauan pada dosen yang bersangkutan. “Ada tiga himbauan yang diberikan untuk dosen yang belum menyerahkan nilai, pertama dihimbau untuk mengembalikan berkas ujian kepada Jurusan, kedua kita (Jurusan-Red) akan mengumumkan nama dosen yang belum menyerahkan nilai di papan pengumuman, dan himbauan ketiga jika dalam satu semester masih juga belum mengeluarkan nilai maka Jurusan akan menjemput paksa berkas ujian itu dana akan ditangani oleh Jurusan,” katanya tegas.

Ikin Sodikin, Ketua Jurusan Administrasi Negara, ikut menanggapi persoalan klasik ini. “Kalender akademik sudah sangat jelas. Dua minggu setelah ujian dilaksanakan dengan mata kuliahnya masing-masing, maka dosen harus menyerahkan nilai kepada Jurusan. Sesibuk apapun dosen itu, mereka harus berusaha melayani mahasiswa,” tuturnya. [] Hasni

Read More......

Rabu, 05 Maret 2008

Edisi 152 "Dewan yang Belum Juga Merangkak"

Struktur Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) sudah terbentuk, hal ini dibenarkan oleh Gilang, anggota Dewan dari Parmapas. Menurutnya, struktur Dewan sudah terbentuk 90%. Meskipun sudah ada ruangan dan surat keputusan (SK) yang memayunginya, sampai saat ini DPM belum terlihat eksistensinya lewat kinerja. Menurut Adit, anggota Hima Bisnis mengatakan, “saya belum tahu sama sekali siapa ketua Dewan,” tegasnya. Menurutnya, DPM kurang adanya sosialisasi. “Buat apa ada lembaga kalau tidak digerakkan,” lanjutnya. Hal senada dikatakan oleh Haya, anggota Hima-HI. “saya belum tahu tentang struktur Dewan yang sekarang, padahal DPM merupakan saluran aspirasi mahasiswa. Tapi jika belum ada sosialisasi struktur DPM, hal itu bisa di anggap kinerja DPM kurang,” katanya.

Selain struktur dan eksistensi yang belum tersosialisasi, persoalan pengunduran diri anggota Dewan (Recall-RED) dan masuknya anggota baru legislatif pun belum ada pemberitahuan yang pasti. Hal ini ditanggapi oleh Adnan, ketua BEM. Menurutnya, jika ada anggota baru yang masuk dalam keanggotaan DPM, biasanya melalui prosedur tertentu dengan tembusan ke BEM, BPPM, serta HIMA.

Tito, salah satu mantan calon ketua BEM yang kini menduduki kursi Dewan mengatakan, alasannya masuk di DPM karena ia merupakan elemen dari koalisi 8 partai untuk 22 kursi. “Masuk ke Dewan untuk mengisi kekosongan aja,”ujarnya singkat.

Menanggapi anggota Dewan yang berasal dari mantan calon ketua BEM, Gilang menegaskan bahwa tidak ada landasan hukum yang tidak memperbolehkan mantan calon ketua BEM masuk menjadi anggota dewan. (Dewi, Supri)

Read More......

Edisi 152 "Biaya Mahal, Fasilitas Murahan"

Fasilitas laboratorium di FISIP masih kurang, hal ini ditandai dengan tidak didukungnya proses belajar oleh peralatan yang maksimal. Menurut Mirna mahasiswa Jurusan Administrasi Negara’05, fasilitas yang ada di laboratorium tidak 100% memuaskan, apalagi alat-alat yang kurang memperlancar proses pembelajaran. Hal senada diungkapkan oleh Ria mahasiswa Jurusan Ilmu komunikasi’05, ”fasilitas di laboratorium kurang maksimal, dilihat dari laboratorium fotografi yang ruangannya terlalu sempit, dan laboratorium Bahasa Inggris yang masih menggunakan speaker,”ujarnya. Masih menurut Ria, fasilitas belajar yang belum maksimal dapat menghambat proses perkuliahan. “Kita tuh kurang didukung sama fasilitas yang memadai, laboratorium Bahasa Inggris masih saja menggunkana speaker. Earphone yang ada pun rusak dan tidak berfungsi, masa dengerin percakapan lewat speaker, konvensional banget tuh,” katanya.
Tidak lengkapnya fasilitas di laboratorium membuat beberapa mahasiswa merasa dirugikan. Santi mahasiswa Hubungan Internasionla’06 berpendapat, pembayaran yang terhitung mahal dirasa merugikan jika fasilitasnya tidak sesuai. “Dilihat dari beberapa fasilitas yang ada memang minim sekali, seperti laboratorium Bahasa Inggris yang tidak memakai earphone. “Laboratorium statistik juga sering rusak, masa satu komputer dipakai untuk beberapa orang.” Ujarnya
Menanggapi hal di atas, Alif, Ketua laboratorium Bahasa.Inggris mengatakan, “memang betul jika fasilitas yang ada di laboratorium FISIP dilihat dari segi kualitas jauh dari apa yang diharapkan, masih memakai teknologi yang bukan komputerisasi,” ujarnya. “Jadi kalau ingin kualitas bagus, ya mungkin bayarnya ‘nggak segitu, bukan berarti pihak Fakultas atau pihak Unpas tidak berkeinginan untuk meningkatkan kualitas, hanya mungkin persoalannya pada dana,” tambahnya.
Menanggapi persolan tersebut, Budiana, selaku PD II mengatakan, “kita akan penuhi terus dan berupaya meningkatkan fasilitas ini (alat-alat laboratorium-Red) sesuai dengan kemampuan yang ada,” ujarnya. (Riky, Diana, Diki)

Read More......